Silakan baca linknya di sini: http://tekno.kompas.com/read/2014/05/19/1434144/Kulkas.Tanpa.Listrik.dari.Sumatera.Juara.di.AS.
Saya betul-betul bangga dengan prestasi mereka. Keberhasilan mereka kembali menorehkan deretan anak-anak hebat di republik ini. Saya mengajak siswa-siswi saya di Sekolah Berkarakter SMP Al-Biruni menyaksikan video singkat itu dengan seksama. Saya minta mereka mengambil inspirasinya dan nanti harus dijadikan peta aksi dalam aktifitas pembelajaran mereka.
Setelah menyaksikan video itu, saya minta siswa-siswi langsung terjun ke lapangan. Mereka saya minta keluar dari area pesantren, pergi keluar asrama, menuju ke mana saja yang mereka suka dan kehendaki. Tetapi, jika mereka kembali, mereka harus menemukan satu masalah yang dihadapi masyarakat, atau mendapatkan ide untuk memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungan sekitar. Jika mereka kembali dengan membawa masalah tertentu, mereka harus berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Inilah pembelajaran problem solving yang mudah-mudahan bermanfaat buat mereka nantinya.
Saya membagi anak-anak menjadi 15 kelompok. Bayangkan, setidaknya ada 15 masalah yang harus mereka pecahkan. Karena ini adalah kali pertama mereka keluar pesantren dengan tujuan
mencari inspirasi atau ide pemecahan masalah, maka ketika kembali pun
macam-macam yang ditemukan.Ada kelompok yang lapor ke saya dengana masalah adanya jalan yang berlubang.
"Jalan di depan pesantren banyak yang berlubang, kak. Bisa membahayakan pemakai jalan."
Ini tentu saja sebuah masalah. Hanya saja belum ada ide orisinal yang mereka dapatkan untuk pemecahannya. Karena jika mereka mampu mendapatkan problem solvingnya, maka mereka pula yang harus melakukan penyelesaian masalah itu. Bahasa akademiknya, mereka harus membuat penelitian atas masalah dan terjun langsung untuk memecahkan masalah itu. Model penelitian ini di perguruan tinggi disebut Partitipation Action Research (PAR). Gaya bener ya anak SMP membuat penelitian PAR.
"Itu memang masalah. Tapi bagaimana kalian menyelesaikan jalan yang berlubang?"
"Kami nanti yang kerja bakti kak untuk menutup lubang jalan dengan batu-batu." Jawab mereka.
Sebetulnya, mereka berhasil menemukan masalah dan mampu menjawab solusi atas masalah itu. Tapi, saya berorientasi penemuan baru atau pemanfaatan atas apa saja yang ada di lingkungan. Maka, proposal kerja bakti menutup jalan berlubang itu saya tolak. Karena tugas untuk memperbaiki jalan berlubang itu bukan menjadi tanggung jawab anak-anak usia SMP, tapi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Kelompok lain ada yang membawa proposal perbaikan dan pelebaran sungai."Karena, di daerah tetangga sana, dekat perumahan Mustika Grande sering terjadi banjir, kak. Itu akibat sungai yang kecil dan banyaknya tumpukan sampah."
Aha... Ini juga masalah sebenarnya. Tapi, lagi-lagi ujung penyelesaiannya akan memberatkan mereka. Baik, kita tes saja bagaimana mereka memikirkan problem solvingnya dan mereka sendiri yang nanti akan melakukan ide solusi itu.
"Bagaimana cara supaya tidak banjir?" tanya saya.
"Sampah-sampah harus segera dibersihkan kak. Terus, sungai harus diperlebar. Dan kalau banir terjadi, harus siap pompa air yang besar." Nah kan. Mereka pasti tidak bisa melakukan ide solusi itu.
"Siapa yang harus membersihkan sampah-sampah itu?" tanya saya.
"Warga perumahan kak."
"Siapa yang bisa mengajak warga membersihkan sampah-sampah?"
"Waduh, siapa ya...?"
Nah kan,. Mereka bingung.
"Tapi, sungai harus diperlebar kak."
"Siapa yang bisa mempelebar sungai"
"Warga kak. Tapi, siapa yang bisa mengajak warga melebarkan sungai ya?"
Tuh kan. Bingung lagi.
"Ya sudah. Proposal ditolak. Kalian harus kembali ke lapangan." Pinta saya.
Selama dua hari mereka berjibaku di lapangan, belum juga mereka mendapatkan inspirasi. Kasihan juga sih. Maka, hari ketiga saya minta mereka lebih fokus pada pemanfaatan lingkungan. "Perhatikana apa saja yang ada di lingkungan sekitar. Lihat baik-baik. Maka, kalian pasti dapat ide."
Syukurlah, mereka akhirnya mampu mendapatkan ide-ide segar. Beberapa ide merupakan ide lama bagi saya, dalam artian sudah banyak orang yang tahu dan melakukan . Namun baru bagi mereka, ide itu tentu betul-betul baru. Yang menggembirakan adalah, beberapa ide betul-betul baru, setidaknya bagi saya.
Setelah mereka mendapatkan ide-ide mereka, sesi berikutnya mereka harus mencari dasar-dasar ilmiahnya dari ide mereka. Maka, lab komputer kini menjadi sasaran mereka. browsing istilah, teori, bahkan kandungan tertentu mereka lakukan. Karena komputer masih terbatas, mau tidak mau mereka melacak data bergantian. Untung sekolah ini sudah difasilitasi akses internet yang cukup cepat.
Setelah mereka mendapatkan data, maka masing-masing mereka harus membuat karya tulis dan ditempel di majalah dinding SMP Al-Biruni.
Apa dan bagaimana saja karya mereka. Ikuti ya MADING FAIR - Ajang Kreativitas Siswa SMP Al-Biruni (Bag. 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar