Selasa, 08 Juli 2014

15 POLA PENDIDIKAN YANG SEBAIKNYA DITERAPKAN OLEH ORANG TUA


 

Kemarin kita sudah membahas tentang tipe-tipe orang tua dalam menghadapi anak-anaknya. Semua orang tua pasti berharap menjadi orang tua ideal dan meninggalkan tipe-tipe lainnya. Kendati, harus diakui, kita tanpa sadar masih saja beralih ke tipe-tipe yang menjauhkan kita dari tipe orang tua ideal. 

Kali ini kita mengulas pola pendidikan yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua. Ya, tulisan ini saya posting sambil lalu saja, mumpung-mumpung sedang liburan Pilpres 9 Juli 2014. Lho, musim nyoblos Capres kok masih sempat menulis postingan? Ya, nyoblosnya kan nggak sampai 5 menit.

Berikut ini 15 pendidikan yang sebaiknya diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya:

1) Berkomunikasilah secara positif.
Orang tua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan yang istimewa dibandingkan dengan anak lainnya. Orang tua harus memiliki kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki anak dengan cara yang positif. Kalau Ibu ingin anaknya belajar bukan mengatakan " Jangan malas-malas!", Tapi lebih baik mengatakan " Ayo dong semangat belajar". 

2) Hindari membandingkan dengan anak lain.
Jangan membandingkan dengan anak lain, tapi bandingkanlah kemajuan yang dicapainya dengan kemajuan yang lebih baik. Hindari mengatakan “kakak kamu lebih hebat. Seharusnya kamu seperti dia dong”. Kata-kata yang membandingkan dengan anak lain, tidak saja melukai perasaannya, tapi juga membuat anak mengimajinasikan musuh baru. Sebaiknya mengatakan yang membandingkan prestasinya. Misalnya “nilai kamu kemarin masih kurang bagus. Besok harus lebih baik ya…”  

3) Dorong anak untuk ikut kompetisi
Anak yang berusia 5-8 tahun lagi senang-senangnya berkompetisi, karena dari sisi kognitifnya memang sedang dalam tahapan ingin menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Biasanya kalau sudah usia 12 tahun keinginan untuk berkompetisi berkurang. Jika ingin membentuk anak yang hebat, latihlah dan biasakan anak berkompetisi secara sehat sejak dini. Dengan demikian, anak bisa menghargai kemampuannya, namun juga memiliki sikap toleran terhadap kekalahan.

4) Hindari memotong pembicaraan anak
Orang tua yang tidak sabar mendengar pembicaraan anak atau alasan anak melakukan sesuatu, biasanya cenderung langsung menyalahkan anak. Sehingga anak merasa disudutkan. Akan berbahaya jika anak melampiaskan emosinya pada perilaku yang salah. Orang tua semestinya lebih banyak mendengarkan anak terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak sebenarnya juga ingin dihargai pendapatnya. Membiasakan diri mendengarkan anak akan melatih anak berani mengemukakan pendapat dan gagasannya.

5) Fokus pada tujuan
 Terkadang orang tua banyak asal memerintah, tanpa menyisipkan kalimat positif yang berfokus pada tujuan yang dikehendaki. Misalnya “jangan malu bertanya, nanti sesat di jalan.” Akan lebih baik jika mengatakan “kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas”. Dengan kalimat yang positif dan menggugah, anak akan lebih terinspirasi.

6) Memberikan banyak pujian, di waktu yang tepat.
Terlalu banyak waktu dan energy yang terbuang jika orang tua hanya mengkritik sikap buruk sang anak. Sebaliknya, jadi kekurangan waktu untuk memberikan pujian atas sikap positifnya. Dengan memberikan sanjungan dan pujian secara proporsional, anak akan lebih suka untuk merubah kebiasannya dan lebih baik melakukan sesuatu.

7) Berikan pelukan, belaian, dan ciuman  
Biasakan memeluk buah hati anda hingga 12 kali sehari.  Dengan banyak mendapatkan kepelukan, anak akan merasakan adanya kedekatan, kehangatan, merasa nyaman dan terlindungi, sehingga terbentuk ikatan emosional yang baik, disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orang tuanya.

8) Membangun aturan sederhana
Melatih kedisplinan bisa dilakukan dengan membangun kebiasaan positif. Misalnya, jam makan, jam tidur, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup disiplin.

9) Hindari bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif.
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, orang tua menuntut anak berbuat lebih tanpa memperhatikan kondisi perasaan dan emosi anak. Sehingga anak merasa serba diatur, jengkel, marah, dan kesal. Kondisi anak seperti ini akan membuat anak tidak nyaman dan melampiaskan dengan melawan kehendak orang tua. Konflik orang tua – anak biasanya diawali dengan gejala seperti ini.

10) Ingat! Orang tua yang harus lebih mengerti anak. Bukan anak yang harus mengerti orang tua.
Kerap kali karena orang tua sudah habis kesabarannya lalu mengatakan “Dede, kenapa sih kamu nggak mau ngertiin mama?” Coba perhatikan, apa yang salah dalam kalimat itu? Mamanya lebih tua dan lebih banyak program yang dimiliki. Sementara sang anak masih belia dan belum banyak memiliki pengalaman hidup. Masak anak yang harus mengerti orang tuanya. Harusnya, orang tua yang lebih mau mengerti kemauan anak. Hindari juga mengatakan “kamu anak lebih besar, harus bisa member contoh adikmu donk”, atau “kamu kan sudah besar, kamu dong yang harus mengalah.” Kalimat-kalimat itu akan membuat anak tersudut, sementara dia tidak memiliki contoh bagaimana cara mengalah. Semestinya, orang tua yang memberikan contoh.

11) Hargai dan hormati privasi anak
Ada kalanya anak ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Ketuk pintu sebelum masuk kamar anak, dan jangan pernah memarahi/ menegur anak di depan teman-temannya.

12) Simak, dengarkan, dan tatap mata anak saat ia bicara.
Biasakanlah untuk attending, yaitu menghadirkan diri kita di hadapan anak dengan segala jiwa dan raga kita. Jangan bicara dengan anak sambil mengerjakan pekerjaan lain. Tinggalkan apapun aktivitas anda sejenak untuk mendengarkan anak saat ia bicara kepada anda.

13) Berikan waktu yang berkualitas buat anak.
Berikan perhatian dan waktu khusus untuk berdiskusi dan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah anak, dan bukan masalah anda. Berikan masing-masing anak waktu special untuk berinteraksi dan bekomunikasi dari hati ke hati.

14) Berikan sugesti positif kepada anak dengan cara membuat label karakter yang diinginkannya.
Ajarkan anak anda membiasakan diri untuk melakukan afirmasi positif seperti : Saya adalah anak yang pemberani, jujur dan bertanggung jawab…!

15) Menjadi orang tua ideal bagi anak anda
Tunjukkan bahwa anda adalah orang tua yang terbaik sedunia. Bukan saja sebagai orang tua, tapi juga bisa menjadi teman, sahabat yang paling mengerti dan memahami pribadinya. Sehingga anak memiliki rasa bangga, merasa nyaman, dan menjadikan orang tua sebagai panutan dan teladan baginya.

Selamat mencoba....!

Penulis:
Hamim Enha
DIrektur Sekolah Berkarakter SMP Al-Biruni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar