Kemarin
kita sudah membahas tentang tipe-tipe
orang tua dalam menghadapi anak-anaknya. Semua orang tua pasti berharap menjadi
orang tua ideal dan meninggalkan tipe-tipe lainnya. Kendati, harus diakui, kita
tanpa sadar masih saja beralih ke tipe-tipe yang menjauhkan kita dari tipe
orang tua ideal.
Kali ini kita mengulas pola
pendidikan yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua. Ya, tulisan ini saya
posting sambil lalu saja, mumpung-mumpung sedang liburan Pilpres 9 Juli 2014.
Lho, musim nyoblos Capres kok masih sempat menulis postingan? Ya, nyoblosnya
kan nggak sampai 5 menit.
Berikut ini 15 pendidikan yang
sebaiknya diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya:
1) Berkomunikasilah secara positif.
Orang tua harus mempunyai persepsi
bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan yang istimewa dibandingkan dengan
anak lainnya. Orang tua harus memiliki kemampuan untuk membangun bakat yang
dimiliki anak dengan cara yang positif. Kalau Ibu ingin anaknya belajar bukan
mengatakan " Jangan malas-malas!", Tapi lebih baik mengatakan "
Ayo dong semangat belajar".
2) Hindari membandingkan dengan anak
lain.
Jangan membandingkan dengan anak
lain, tapi bandingkanlah kemajuan yang dicapainya dengan kemajuan yang lebih
baik. Hindari mengatakan “kakak kamu lebih hebat. Seharusnya kamu seperti dia
dong”. Kata-kata yang membandingkan dengan anak lain, tidak saja melukai
perasaannya, tapi juga membuat anak mengimajinasikan musuh baru. Sebaiknya
mengatakan yang membandingkan prestasinya. Misalnya “nilai kamu kemarin masih
kurang bagus. Besok harus lebih baik ya…”
3) Dorong anak untuk ikut kompetisi
Anak yang berusia 5-8 tahun lagi
senang-senangnya berkompetisi, karena dari sisi kognitifnya memang sedang dalam
tahapan ingin menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Biasanya kalau sudah usia
12 tahun keinginan untuk berkompetisi berkurang. Jika ingin membentuk anak yang
hebat, latihlah dan biasakan anak berkompetisi secara sehat sejak dini. Dengan demikian,
anak bisa menghargai kemampuannya, namun juga memiliki sikap toleran terhadap
kekalahan.
4) Hindari memotong pembicaraan anak
Orang tua yang tidak sabar mendengar
pembicaraan anak atau alasan anak melakukan sesuatu, biasanya cenderung
langsung menyalahkan anak. Sehingga anak merasa disudutkan. Akan berbahaya jika
anak melampiaskan emosinya pada perilaku yang salah. Orang tua semestinya lebih
banyak mendengarkan anak terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak
sebenarnya juga ingin dihargai pendapatnya. Membiasakan diri mendengarkan anak
akan melatih anak berani mengemukakan pendapat dan gagasannya.
5) Fokus pada tujuan
Terkadang orang tua banyak asal memerintah,
tanpa menyisipkan kalimat positif yang berfokus pada tujuan yang dikehendaki. Misalnya
“jangan malu bertanya, nanti sesat di jalan.” Akan lebih baik jika mengatakan “kalau
berani bertanya, itu tanda anak cerdas”. Dengan kalimat yang positif dan menggugah,
anak akan lebih terinspirasi.
6) Memberikan banyak pujian, di
waktu yang tepat.
Terlalu banyak waktu dan energy yang
terbuang jika orang tua hanya mengkritik sikap buruk sang anak. Sebaliknya, jadi
kekurangan waktu untuk memberikan pujian atas sikap positifnya. Dengan memberikan
sanjungan dan pujian secara proporsional, anak akan lebih suka untuk merubah
kebiasannya dan lebih baik melakukan sesuatu.
7) Berikan pelukan, belaian, dan
ciuman
Biasakan memeluk
buah hati anda hingga 12 kali sehari. Dengan
banyak mendapatkan kepelukan, anak akan merasakan adanya kedekatan, kehangatan,
merasa nyaman dan terlindungi, sehingga terbentuk ikatan emosional yang baik,
disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orang tuanya.
8)
Membangun aturan sederhana
Melatih kedisplinan
bisa dilakukan dengan membangun kebiasaan positif. Misalnya, jam makan, jam
tidur, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup disiplin.
9)
Hindari bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif.
Belajarlah untuk
memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, orang tua
menuntut anak berbuat lebih tanpa memperhatikan kondisi perasaan dan emosi
anak. Sehingga anak merasa serba diatur, jengkel, marah, dan kesal. Kondisi anak
seperti ini akan membuat anak tidak nyaman dan melampiaskan dengan melawan kehendak
orang tua. Konflik orang tua – anak biasanya diawali dengan gejala seperti ini.
10) Ingat!
Orang tua yang harus lebih mengerti anak. Bukan anak yang harus mengerti orang
tua.
Kerap kali
karena orang tua sudah habis kesabarannya lalu mengatakan “Dede, kenapa sih
kamu nggak mau ngertiin mama?” Coba perhatikan, apa yang salah dalam kalimat
itu? Mamanya lebih tua dan lebih banyak program yang dimiliki. Sementara sang
anak masih belia dan belum banyak memiliki pengalaman hidup. Masak anak yang
harus mengerti orang tuanya. Harusnya, orang tua yang lebih mau mengerti
kemauan anak. Hindari juga mengatakan “kamu anak lebih besar, harus bisa member
contoh adikmu donk”, atau “kamu kan sudah besar, kamu dong yang harus mengalah.”
Kalimat-kalimat itu akan membuat anak tersudut, sementara dia tidak memiliki
contoh bagaimana cara mengalah. Semestinya, orang tua yang memberikan contoh.
11) Hargai
dan hormati privasi anak
Ada kalanya
anak ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Ketuk pintu sebelum masuk kamar
anak, dan jangan pernah memarahi/ menegur anak di depan teman-temannya.
12)
Simak, dengarkan, dan tatap mata anak saat ia bicara.
Biasakanlah untuk
attending, yaitu menghadirkan diri kita di hadapan anak dengan segala
jiwa dan raga kita. Jangan bicara dengan anak sambil mengerjakan pekerjaan
lain. Tinggalkan apapun aktivitas anda sejenak untuk mendengarkan anak saat ia bicara
kepada anda.
13)
Berikan waktu yang berkualitas buat anak.
Berikan
perhatian dan waktu khusus untuk berdiskusi dan membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah anak, dan bukan masalah anda. Berikan masing-masing
anak waktu special untuk berinteraksi dan bekomunikasi dari hati ke hati.
14) Berikan
sugesti positif kepada anak dengan cara membuat label karakter yang
diinginkannya.
Ajarkan anak
anda membiasakan diri untuk melakukan afirmasi positif seperti : Saya adalah
anak yang pemberani, jujur dan bertanggung jawab…!
15)
Menjadi orang tua ideal bagi anak anda
Tunjukkan
bahwa anda adalah orang tua yang terbaik sedunia. Bukan saja sebagai orang tua,
tapi juga bisa menjadi teman, sahabat yang paling mengerti dan memahami
pribadinya. Sehingga anak memiliki rasa bangga, merasa nyaman, dan menjadikan
orang tua sebagai panutan dan teladan baginya.
Selamat mencoba....!
Penulis:
Hamim Enha
DIrektur Sekolah Berkarakter SMP Al-Biruni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar